Manfaat dan Kerugian Dari Quiet Quitting

MEJAQQ Quiet quitting adalah istilah untuk menggambarkan ketika seseorang pekerja hanya melakukan hal-hal yang diperlukan untuk bertahan di tempat kerja, tanpa melakukan usaha ekstra. Manfaat quiet quitting antara lain mengatasi kelelahan kronis, menjauh dari produktivitas merusak, mendukung kesejahteraan mental, dan menjernihkan pikiran.

Istilah quiet quitting mulai populer sejak trending di aplikasi TikTok dan menarik perhatian banyak pengguna internet.

Konsep ini menjadi populer karena banyak orang yang merasa “relate” dengan fakta bahwa tidak sedikit karyawan kerap menghabiskan hampir seluruh waktu dan energinya untuk pekerjaan mereka bahkan saat di luar jam kantor hingga merasa kewalahan.

Bekerja habis-habisan dapat menyebabkan stres serta kelelahan kronis. Konsep quiet quitting dianggap sebagai solusi yang efektif bagi para pekerja untuk kembali mengklaim waktu dan kehidupan mereka di luar pekerjaan.

Apa itu quiet quitting?

Quiet quitting bukanlah istilah resmi dan pada dasarnya tidak memiliki definisi standar. Meskipun dapat diartikan sebagai “berhenti dengan tenang”, quiet quitting tidak berarti karyawan benar-benar berhenti atau mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Quiet quitting adalah istilah untuk menggambarkan ketika seorang pekerja hanya melakukan hal-hal yang diperlukan untuk bertahan di tempat kerja, tanpa melakukan usaha ekstra atau melakukan pekerjaan di luar kewajibannya. Para pekerja yang melakukan quiet quitting tidak akan membiarkan pekerjaan mempengaruhi area lain di dalam kehidupan mereka.

Pengaturan batasan adalah bagian utama dari quiet quitting. Anda perlu menetapkan batasan bagi diri sendiri di tempat kerja dan menolak bekerja di luar kewajiban atau job desk serta menjauhkan diri dari budaya sibuk kerja yang tak kenal waktu.

Jika selama ini Anda termasuk orang yang selalu kewalahan dan menghabiskan paling banyak waktu Anda untuk mengurus pekerjaan, maka quiet quitting akan membuat Anda melakukan lebih sedikit upaya dari sebelumnya, hanya bekerja sesuai kebutuhan, dan menetapkan batasan dengan atasan.

Penyebab seseorang melakukan quiet quitting

Anda mungkin memerlukan quiet quitting untuk mendapatkan kembali keseimbangan antara kehidupan kantor dan kehidupan pribadi jika selama ini kerap merasa kewalahan dan kelelahan bekerja atau pekerjaan mulai mengganggu kesejahteraan fisik dan mental.

Selain itu, seseorang mungkin juga melakukan quiet quitting saat merasakan tidak adanya peningkatan penghasilan atau promosi jabatan, meskipun pekerjaan yang dilakukan telah menghabiskan seluruh waktunya. Di sisi lain, mereka melihat para atasan semakin kaya di tengah berbagai tekanan hidup yang dirasakan.

Hal itu dapat mengubah prinsip seorang karyawan yang sebelumnya habis-habisan dalam bekerja dan mulai melakukan quiet quitting.

Alasan lainnya yang dapat membuat seseorang melakukan quiet quitting adalah saat merasa tidak memperoleh penghargaan atau pengakuan yang sesuai dengan usaha dan pengorbanan yang telah dilakukan demi pekerjaannya selama ini. Akhirnya, karyawan kehilangan motivasi dalam bekerja dan menjalani quiet quitting.Daftar MejaQQ

Tanda Anda sedang melakukan quiet quitting

Beberapa tanda Anda sedang melakukan quiet quitting termasuk tetapi tidak terbatas pada:

  • Menolak melakukan tugas di luar deskripsi pekerjaan.
  • Pulang kerja tepat waktu dan tidak mengambil lembur
  • Tidak ada lagi pencapaian yang berlebihan
  • Tidak membalas e-mail atau pesan terkait pekerjaan di luar jam kantor atau selama akhir pekan.
  • Mengurangi berinvestasi secara emosional dengan pekerjaan
  • Berkurangnya minat untuk berprestasi melampaui harapan demi mendapatkan promosi di perusahaan

Pada dasarnya, quiet quitting adalah tidak melakukan pekerjaan di luar kewajiban karena merasa hal tersebut tidak sepadan dengan beban yang dirasakan dan Anda tidak lagi mendapatkan kepuasan batin maupun materil dari bekerja ekstra.

Manfaat quiet quitting

Quiet quitting memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan fisik dan mental, terutama dalam hal memiliki kepercayaan diri untuk menerapkan batasan agar tidak terlalu memforsir fisik dan mental ketika bekerja.

Berikut ini berbagai manfaat quiet quitting yang bisa Anda dapatkan:

1. Mengatasi kelelahan kronis

Meskipun belum ada penelitian khusus tentang quiet quitting, namun menetapkan batas dalam bekerja dianggap efektif untuk meningkatkan kesejahteraan dan melindungi dari kelelahan berlebihan.

Quiet quitting seringkali dijadikan strategi coping yang digunakan untuk mengatasi kelelahan dan kerja berlebihan yang kronis. Misalnya, saat petugas kesehatan harus mengelola kelelahan selama pandemi COVID-19 dengan menerapkan batasan kapan saatnya bekerja atau tidak bekerja.

2. Menjauh dari produktivitas merusak

Quiet quitting juga banyak dilakukan sebagai strategi koping oleh seseorang yang merasa kerja kerasnya tidak dihargai. Kurangnya pengakuan atas peranan ketika bekerja, mungkin dapat mengubah perilaku profesional seseorang sehingga perlahan melepaskan diri dari peran selama ini.

Dalam hal ini, quiet quitting dapat membuat seorang pekerja akhirnya tidak lagi menjalani produktivitas toxic berlebihan yang dapat berdampak buruk bagi kesejahteraan fisik dan mental.

3. Mendukung kesejahteraan mental

Manfaat lainnya dari quiet quitting adalah dapat menjaga kesehatan mental di tempat kerja. Dengan melakukan langkah ini, Anda dapat mengambil kendali atas waktu istirahat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan diri. 

Melakukan quiet quitting akan membantu mencegah ataupun mengurangi berbagai gangguan kesehatan mental terkait pekerjaan, termasuk stres dan depresi akibat kerja hingga burnout.

Dengan quiet quitting, Anda dapat memisahkan dengan jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, sehingga identitas Anda tidak hanya sebatas jabatan saja. Waktu berkualitas yang dihabiskan secara positif dengan teman dan keluarga adalah salah satu cara utama untuk meningkatkan kesejahteraan mental.

Quiet quitting akan membantu Anda memiliki lebih banyak waktu melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas diri dan kesejahteraan mental, seperti misalnya bersosialiasi atau menjalani hobi.

4. Meningkatkan motivasi

Membatasi waktu kerja dan usaha di tempat kerja tidak harus berarti penurunan produktivitas atau motivasi. Faktanya, quiet quitting juga dapat menjadi cara meningkatkan motivasi dan produktivitas.

Memiliki cukup waktu istirahat dapat membuat Anda tidak merasa bosan, sehingga bisa kembali bekerja dengan lebih termotivasi, efektif dan produktif.

5. Menjernihkan pikiran

Terakhir, berhenti melakukan pekerjaan selama beberapa jam dapat memberi waktu bagi otak untuk memproses peristiwa yang Anda alami hari itu dengan lebih jernih. Pada akhirnya, ini dapat membantu untuk memecahkan masalah yang Anda hadapi dari perspektif yang berbeda.

6. Menciptakan batasan yang sehat

Menetapkan batasan yang sehat di tempat kerja dapat menciptakan keseimbangan dalam kehidupan kerja.

Menerapkan batasan di tempat kerja juga memudahkan Anda dalam melakukan kesibukan lain atau hobi. Contohnya tidak menghadiri acara kerja yang tidak wajib tidak membawa pekerjaan ke rumah, serta tidak bekerja di luar jam kerja.Agen BandarQ Online

Kerugian dari quiet quitting

Quiet quitting memang dapat menangkis efek buruk dari stres karena pekerjaan. Tetapi, bukan berarti tidak ada kerugian dari melakukannya.

1. Kehilangan peluang pengembangan karir

Saat Anda tidak lagi berusaha keras dalam melakukan pekerjaan seperti sebelumnya, kemungkinan ini akan terlihat sebagai penurunan produktivitas dan motivasi oleh kolega maupun atasan. Pada gilirannya, hal ini mungkin saja membuat Anda kehilangan peluang pengembangan karir dan dapat merugikan bagi Anda yang masih ingin memajukan karir.

2. Berkurangnya kepuasan diri

Penelitian menunjukkan bahwa ketika berusaha keras dalam melakukan suatu pekerjaan, maka Anda akan lebih menghargai usaha tersebut. Semakin banyak seseorang menginvetasikan energi dan terlibat dalam suatu pekerjaan, maka semakin banyak kepuasan yang diperoleh.

Quiet quitting mungkin dapat memiliki efek merugikan pada perasaan kepuasan pribadi. Pasalnya, mengurangi usaha Anda di tempat kerja dapat melemahkan rasa keterlibatan dan tujuan penting yang berkontribusi pada kepuasan kerja.

Pada akhirnya, lebih sedikit usaha, lebih sedikit keterlibatan, dan kepuasan kerja yang lebih rendah dapat membuat Anda merasa bahwa sebagian besar hari yang Anda lalui sia-sia.

Bahkan, perasaan ini bisa membuat Anda merasa bahwa pekerjaan tersebut tidak berguna dan tidak berarti, serta membosankan sehingga pada akhirnya menurunkan kesejahteraan fisik dan mental.

3. Menimbulkan rasa bersalah

Tidak lagi berupaya keras dalam bekerja juga dapat membuat Anda merasa bersalah karena mungkin akan lebih sering berkata “tidak” atau memberikan penolakan pada permintaan rekan kerja dan atasan.

Rasa bersalah yang berkembang juga dapat meningkatkan stres. Selain itu, perubahan perilaku profesional yang Anda lakukan ini mungkin juga tidak mendapatkan respons positif, sehingga kembali membuat Anda merasa tidak nyaman di tempat kerja, bahkan mungkin meningkatkan kekhawatiran untuk tidak mendapat promosi atau bahkan merasa cemas akan dipecat.

4. Meningkatkan risiko depresi

Studi menunjukkan bahwa menjadi kurang termotivasi dan kurang terlibat dalam pekerjaan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan mengakibatkan tingkat depresi yang lebih tinggi di antara karyawan. Maka dari itu, penting untuk mengetahui bagaimana setiap perubahan upaya di tempat kerja dapat memengaruhi kesehatan mental Anda.

Sebelum melakukan quiet quitting sebaiknya pertimbangkan terlebih dahulu manfaat dan kerugiannya bagi Anda. Apakah Anda akan memperoleh lebih banyak keuntungan dari bekerja seadanya?

Tidak semua orang bisa merasakan manfaat dari quiet quitting, khususnya jika Anda merupakan orang yang terbiasa merasa puas saat bekerja melebihi harapan, merasa bersalah jika hanya bekerja seadanya, atau masih mengharapkan peningkatan karir, maka ini mungkin bukan pilihan untuk Anda.

Posting Komentar

0 Komentar