Jenis Obat Nefrotoksik yang Mempengaruhi Fungsi Ginjal

MEJAQQ Beberapa obat punya sifat nefrotoksik, yaitu mungkin saja memengaruhi fungsi ginjal. Hal ini lebih berisiko pada orang yang minum obat sembarangan dan tanpa pengawasan dokter. Orang dengan riwayat penyakit ginjal juga lebih rentan. Itu sebabnya, Anda harus berkonsultasi dengan dokter sebelum minum obat.

Nefrotoksik adalah efek toksik dari obat-obatan atau bahan kimia lain yang bisa yang bisa memberikan pengaruh buruk terhadap fungsi ginjal. Kerusakan pada ginjal bukan hal sepele, mengingat fungsinya yang sangat penting dalam tubuh manusia, termasuk detoksifikasi (mengeluarkan racun).Daftar MejaQQ

Kenali lebih jauh tentang jenis obat yang bersifat nefrotoksik dan cara meminimalkan risikonya berikut ini. 

Jenis obat nefrotoksik yang bisa merusak ginjal 

Ginjal memainkan peran penting dalam tubuh manusia. Berbagai fungsi ginjal antara lain:

  • Detoksifikasi
  • Pengaturan cairan ekstraseluler
  • Homeostasis
  • Pengeluaran hasil metabolisme yang beracun bagi tubuh

Beberapa jenis obat bisa bersifat nefrotoksik. Artinya, obat tersebut dapat memengaruhi kerja ginjal, entah itu penurunan fungsi atau, yang terberat, kerusakan ginjal. 

Berikut ini beberapa obat-obatan yang bersifat nefrotoksik. 

1. Aminoglikosida

Aminoglikosida adalah obat golongan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri tertentu. Kelompok ini termasuk obat nefrotoksik yang berpotensi merusak fungsi ginjal.

Aminoglikosida bisa menyebabkan kerusakan pada tubulus ginjal sehingga tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Tubulus ginjal sendiri berfungsi mengangkut cairan tubuh dan darah menuju ginjal.  

2. NSAID 

Obat jenis nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAID) adalah obat yang cukup familier untuk mengatasi peradangan, demam, hingga nyeri. Meski begitu, konsumsi jangka panjang tanpa pengawasan dokter juga dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal. 

Dalam hal ini, NSAID seperti diklofenak, bisa menyebabkan penurunan tekanan intraglomerulus yang berperan mempertahankan filtrasi glomerulus. Artinya, ini akan memengaruhi fungsi ginjal dalam hal penyaringan.

Akibatnya, glomerulus tidak bisa bekerja dengan maksimal. Beberapa contoh obat golongan NSAID, antara lain ibuprofen, naproxen, celecoxib, dan aspirin.

MEJAQQ: AGEN JUDI POKER DOMINOQQ BANDARQ ONLINE TERBESAR DI ASIA

3. Antiretroviral 

Antiretroviral adalah obat yang bisa digunakan untuk mengatasi HIV. Obat ini juga tergolong obat nefrotoksik yang berisiko merusak ginjal. 

Obat jenis antiretroviral berisiko merusak tubulus ginjal. Padahal, tubulus ginjal berfungsi menghilangkan limbah dari tubuh, termasuk sisa metabolisme dan obat-obatan. 

4. Hydralazine 

Hydralazine adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Obat ini disebut juga vasodilator karena mampu merelaksasi pembuluh darah. Dengan begitu, aliran darah lebih lancar. 

Obat jenis ini juga termasuk obat-obatan nefrotoksik. Hydralazine bisa menyebabkan peradangan pada glomerulus (saringan kecil di ginjal). Kondisi ini bisa menyebabkan glomerulonefritis. 

5. Allopurinol

Allopurinol dikenal sebagai obat asam urat. Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit asam urat atau gout. 

Allopurinol juga termasuk golongan obat nefrotoksik. Obat jenis ini bisa menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada ginjal atau disebut dengan nefritis interstisial. 

Konsumsi allopurinol tanpa pengawasan bisa membuat kondisi tersebut berkembang menjadi penyakit ginjal.   

6. Sulfonamida

Sulfonamida, disebut juga obat sulfa, adalah obat yang mampu mengatasi infeksi bakteri. Konsumsi jenis obat ini juga bisa memicu timbulnya nefrotoksisitas. 

Sulfonamida bisa menghasilkan kristal yang tidak larut dalam urine dan mengendap di tubulus ginjal distal. Kondisi ini disebut dengan nefropati kristal yang menyebabkan jaringan parut hingga penyumbatan di ginjal. 

7. Ticlopidine

Ticlopidine adalah obat yang mampu mencegah penggumpalan darah. Jenis obat ini juga diketahui memiliki efek nefrotoksik yang mampu memengaruhi fungsi ginjal.

Ticlopidine bisa menyebabkan mikroangiopati trombotik berupa kerusakan endotel vaskuler di ginjal. Kondisi ini disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh yang dipicu oleh obat jenis ini. 

8. Statin 

Statin dikenal sebagai obat penurun kolesterol, sekaligus menurunkan risiko serangan jantung dan stroke. Namun, penggunaan jangka panjang statin diketahui memiliki efek samping, salah satunya gangguan ginjal.  

Jenis obat ini bisa menyebabkan rhabdomyolysis. Artinya, obat-obatan jenis statin dapat menyebabkan kerusakan otot rangka yang berdampak pada pelepasan mioglobin. Mioglobin inilah yang bisa memicu kerusakan ginjal dan penyumbatan tubulus. 

Meski beberapa jenis obat di atas dapat memengaruhi fungsi ginjal, Anda tidak bisa begitu saja menghentikan konsumsinya jika dalam perawatan. Dokter biasanya telah mempertimbangkan risiko efek samping dan manfaat yang bisa Anda dapatkan dari konsumsi obat tertentu.

Bagaimana obat nefrotoksik menyebabkan toksisitas ginjal?

Nefrotoksisitas adalah penurunan fungsi ginjal akibat efek toksik dari obat atau bahan kimia tertentu. Dalam hal ini, jenis-jenis obat nefrotoksik bisa memengaruhi fungsi hingga kerusakan ginjal dengan berbagai cara. 

Beberapa kondisi toksisitas ginjal yang mungkin muncul akibat konsumsi obat nefrotoksik, antara lain:

  • Toksisitas tubulus ginjal 
  • Peradangan 
  • Kerusakan glomerulus
  • Nefropati kristal
  • Mikroangiopati trombotik

Dalam Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research memang disebutkan bahwa bahwa hampir 20% kejadian nefrotoksisitas disebabkan oleh penggunaan obat-obatan nefrotoksik. 

Namun, kerusakan akibat obat nefrotoksik lebih rentan terjadi pada orang yang punya riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Dokter mungkin akan melakukan tes fungsi ginjal terlebih dulu, seperti ureum darah dan tes kreatinin, sebelum meresepkan obat-obat di atas. Terlebih, jika Anda memiliki riwayat penyakit ginjal.Agen BandarQ Online

Cara meminimalkan risiko kerusakan ginjal dari penggunaan obat

Beberapa jenis obat yang bersifat nefrotoksik mungkin tidak bisa Anda hindari karena alasan pengobatan penyakit lain. Untuk meminimalkan risiko nefrotoksisitas, konsultasi dengan dokter sangat diperlukan. 

Dokter akan melihat seberapa besar risiko toksisitas ginjal yang mungkin Anda alami, dan membandingkannya dengan manfaat yang bisa Anda dapatkan dari konsumsi obat ini. Dokter nantinya akan menyesuaikan jenis dan dosis obat yang diberikan dengan kondisi Anda. 

Berikut ini beberapa cara meminimalkan risiko nefrotoksisitas dari penggunaan obat:

Informasikan sejelas mungkin pada dokter terkait identitas diri dan penyakit penyerta yang Anda alami. Pasien usia 60 tahun ke atas dengan penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan penyakit ginjal umumnya lebih berisiko mengalami efek nefrotoksik

  • Beri tahu dokter mengenai segala jenis obat resep ataupun obat bebas, suplemen, atau herbal yang Anda konsumsi untuk menghindari risiko interaksi obat yang negatif
  • Bagi pasien berisiko, pemeriksaan fungsi ginjal sebelum pemberian pengobatan mungkin diperlukan
  • Hindari merokok dan konsumsi alkohol selama pengobatan
  • Konsumsi air yang cukup atau konsultasikan dengan dokter Anda
  • Konsumsi makanan yang sehat dan seimbang untuk meningkatkan fungsi ginjal
  • Rutin berkonsultasi dengan dokter terkait progres pengobatan yang Anda jalani.

Posting Komentar

0 Komentar